Konflik sengit antara Sunni-Syiah, yang hingga saat ini terus memanas, baik secara ideologi maupun pragmatis, adalah realitas umat, yang sudah seharusnya kita tanggapi secara serius. Bahkan “perang ideologi” ini sampai merambah dunia maya, dalam koran Alarabiya.net edisi 29 Ramadan 1429/29 Oktober 2008 disebutkan, bahwa situs Islam.net yang didirikan oleh salah satu ulama Sunni Dr. Aidl Al-Qarni diserang hecker Syiah, para hecker sunnipun tak mau kalah, mereka menyerang balik, kali ini situs Ayatulloh Ali ِِِِAl-Siyastani yang jadi sasaran.
Di Irak dan Libanon, konflik berdarah terus menghiasi koran-koran Timur tengah, fanatisme yang membabi buta dari kedua pengikut Sunni-Syiah, seakan sudah menutupi nurani mereka bahwa Tuhan mereka satu, Kiblat mereka satu, dan Nabi merekapun satu.
Disayangkan, bila kemudian ada seorang ulama sekaliber Dr.Yusuf Al-Qardlowy, yang digadang-gadang sebagai ulama Sunni paling kharismatik abad ini, malah melontarkan opini (terkesan) provokatif, justru pada saat kaum muslimin mendambakan figur-figur pencerah dan penyejuk.
Dimuat di koran Alarabiya.net, edisi 25 Ramadlan 1429/25 September 2008, Qardlowy mengingatkan kaum Sunni agar mewaspadai berbagai propaganda kaum Syiah, untuk “men-syiahkan” pengikut Sunni. Terutama Negara-negara kawasan Afrika, seperti Mesir, Sudan, Maroko, Aljazair, dan Nigeria. Beliau menambahkan bahwa Iran (sebagai negara berbazis Syiah) sangat berambisi untuk mendirikan kembali kekaisaran Persia yang dibalut dengan faham Syiah.
Beberapa fakta coba beliau gelindingkan ke permukaan, seperti tertangkap jelas dalam pernyataannya, “saya mengenal Mesir layaknya mengenal diri sendiri, sejak masa Dinasti Ayyubi hingga 20 tahun silam tidak pernah saya temukan seorangpun yang menganut Syiah. Namun dekade ini suara mereka mulai diperhitungkan oleh publik, artikel-artikel yang berbau Syiah sudah mulai banyak dimuat media-media Mesir, bahkan beberapa kitab telah terbit di sana”.
Pernyataan ketua Majlis ulama sedunia ini, kemudian direspon oleh beberapa tokoh Syiah Libanon, sebut saja Syeikh Ali Al-Kurani, yang memberi pernyataan resmi di situs pribadinya, bahwa itu adalah salah satu bentuk sentimen Qordlowy terhadap anaknya (Abdurrahman bin Yusuf) yang telah berpindah madzhab, dari Sunni ke Syiah.
Syeikh Mahir Hamud Imam Mesjid Al-Quds Libanon, menjustifikasikan penyataan Al-Kurani seraya menunjuk salah satu koran lokal yang terbit di Libanon, dan di Qatar.
Hal ini memantik kritik dari tokoh Syiah Mesir, Syeikh Muhamad Al-Duraini yang terkenal toleran, “seandainya Abdurrahman (anak Yusuf Al-Qardlowy) telah pindah madzhab, pasti saya mengetahuinya, sebab saya kenal dekat dengan sastrawan muda ini.” Ungkapnya. Al-Duraini menduga bahwa klaim tokoh-tokoh Syiah Libanon, tak lepas dari beberapa bait puisi yang digubah Abdurrahman, sebagai apresiasinya terhadap Hizbullah dan pemimpin heroiknya Sayid Hasan Nasrullah.
***
Kasus di atas, tidak serta merta, kita bisa memplot tokoh Sunni (Qardlowy) sebagai sosok yang anti “Taqrib al Madzahib”, beliau dikenal getol mendedikasikan diri dalam tiap upaya wahdatul ummah (persatuan umat), tak terkecuali Sunni-Syiah. Bagi beliau, proyek Taqrib Al-Madzahib adalah suatu keharusan yang tak bisa ditawar lagi. Namun ada beberapa poin yang sangat mencolok dari sekte Syiah, yang tak mungkin didialogkan, daiantaranya; penistaan mereka terhadap beberapa figur sahabat Nabi, bagaimanapun sahabat adalah sosok-sosok yang tidak bisa dipungkiri distribusinya terhadap Islam. Jadi, penistaan terhadap mereka, sama saja dengan penistaan terhadap agama itu sendiri.
Menanggapi sikap Qardlawy terhadap Syiah yang terkesan provokatif, pimpinan umum Ikhwanul Muslimin (IM) Mesir, Muhamad Mahdi Akif mengklarifikasi, bahwa IM dan Qardlawy sependapat mengenai upaya Takribul madzahib. Namun IM secara tegas menolak, bila perselisihan Sunni-Syiah dikatagorikan Ikhtilaf Fiqhi (perselisihan agama), karena menurut dia, perselisihan ini lebih tepatnya adalah konflik politik.
Jadi, wajar bila Qardlawy sebagai anggota penasehat IM, merasa harus bersikap waspada akan dominasi Syiah di timur tengah, yang akhir-akhir ini banyak disorot media dan mendapat simpati dari masyarakat kawasan teluk dan sekitarnya. Apalagi sikap presidan Ahmadinejad yang berani tampil gagah menentang kebijakan-kebijakan naïf Amerika ‘sebagai polisi Dunia’.
***
Sikap Qardlowy ini, menurut banyak kalangan, memang dianggap terlalu membesar-besarkan masalah, dan over scaring yang tidak selayaknya terjadi pada seorang tokoh sekelas Qardlowy. Meski dari satu sisi, ulama Sunni tidak boleh bersikap apriori terhadap hegemoni Syiah Iran, bila memang dominasi itu nyata.
Menurut saya, umat islam harus cerdas menyikapi tiap perbedaan yang telah, akan ada. Keanekaragaman madzhab dan perselisihan pendapat, selayaknya kita anggap sebagai varian kekayaan khazanah islam, bukan malah dianggap momok yang mengancam stabilitas persatuan umat. Menghargai pendapat orang lain, selama tidak ada unsur SARA, adalah cermin mukmin sejati. Sebab perbedaan itu timbul dari tabiat, dan sifat alamiyah yang Allah anugerahkan pada tiap manusia. Tak ada yang bisa merubah, likulli ra’sin ra’yun (dalam tiap kepala, ada pendapat masing-masing).
08 Oktober 2008 M / 08 Syawal 1429 H
Tajamuk Khomis, New Cairo, Egypt
Tags :
Opini
Subscribe by Email
Follow Updates Articles from This Blog via Email
1 Comments
hai tuan- tuan...!mo damai??? mesti jadi satu dulu dong...!!! satu faham gitu. Yang namanya BEDA di apa-apain juga tetep aja beda. Pake otak dong...........ngumpulin siang dan malam???. Yang bener aja.....
Reply Delete