
Carilah penat maka imbalanmu adalah rehat, jangan pernah menganggap penat sebagai momok sebab di sanalah entitasmu dihargai, dan saat itulah kamu telah menjadi orang yang berharga. Meloloskan diri dari penat adalah favorit tiap orang, padahal secara tidak sadar telah menjerumuskan diri dalam keranda ketidakberdayaan.
Tak ada ceritanya, kesuksesan bisa diraih dengan santai, enjoy, dan tanpa penat. Penat adalah setengah dari kesuksesan itu sendiri, bagaimanapun hasil yang anda raih. Ingat usaha anda tak ada yang sia-sia meski gagal (versi orang umum) kerap mendera, asal niat tulus ikhlas menyertai tiap langkah anda.
Allah SWT tak pernah ‘iseng’ menanyakan apa pencapaian yang anda raih, namun usaha apa yang anda tempuh, bagaimana cara dan kemana anda optimalkan pencapaianmu? Demikian pertanyaan-pertanyaan itu (pasti) menyapamu.
Namun dari ulasan singkat di atas, bukan berarti anda tidak berhak untuk bersantai atau berehat. Kita bukanlah robot tak pusar, kita sadar bahwa kita mempunyai batasan dan kelemahan. Kita adalah makhluk Tuhan dengan jiwa dan raga yang keduanya mempunyai hak yang sama. Tak adil, bila memberi porsi keduanya dengan tidak seimbang.
Hanya para Malaikat yang diciptakan Allah tanpa rasa lelah, manusia tidak. Manusia diperbolehkan menikmati apa saja sebatas tidak menyalahi aturan-aturan Tuhan, dia boleh makan sepuasnya asal tidak sampai ishraf (berlebihan yang dilarang agama), dia boleh memiliki rumah megah, mobil mewah selama dia mampu mensyukurinya, dia juga diperbolehkan menikah dan mempunyai anak. Semua itu adalah fasilitas Tuhan yang tidak diberikan kepada siapapun, kecuali kapada makhlukNya yang bernama “manusia”.
Meski disebut fasilitas, namun tak jarang ia membuat manusia lalai akan tugasnya sebagai “Khalifah Allah”. Saat itulah manusia melupakan orientasi asalnya untuk menghamba hanya pada Allah. Menusia kemudian berpaling karena tersilaukan oleh fasilitas-fasilitas tadi, sehingga tanpa disadari dia telah memilih fasilitas-fasilitas itu sebagai Tuhannya.
Menuhankan fasilitas-fasilitas ini tidak harus menyembah dan bersujud di hadapan benda-benda tersebut dengan membakar kemenyan. Mencintai dalam hati lebih dari segalanya atau memposisikannya di atas Keagungan Allah sudah cukup untuk menyebutnya sebagai sekutu bagi Tuhan.
Untuk mengetahui sebatas mana kecintaan kita pada Allah dan kecintaan kita pada fasilitas yang Allah anugerahkan, kita bisa mengukurnya di saat kita tertimpa musibah kehilangan barang titipan Allah tersebut. Bila kehilangan ini membuat anda setres dan seakan dunia sudah berakhir apalagi bunuh diri, maka saat itulah anda bisa menilai cinta anda pada Tuhan.
Menerima dengan ketentuan Allah adalah cermin mukmin sejati. “Menerima” di sini bukan berarti lepas tangan ketika ada musibah dan hanya tawakal pada takdir, hal ini salah. Ketika anda kehilangan sesuatu yang anda miliki, anda wajib melapor pada pihak yang berwajib. Kalau tidak, buat apa anda membayar pajak pada negara.
Jadi, semua ada aturannya. Menerima semua apa yang ditakdirkan Allah (simpanlah sikap ini dalam hati sebagai bukti keimanan terhadap Kekuasaan absolut Tuhan), sementara usaha untuk mencari solusi dari problem yang sedang dihadapi tetap dan harus anda jalankan.
Naif, bila anda menyatakan beriman namun tanpa amal. Sifat menerima adalah iman anda dan melapor pada yang berwajib adalah amal anda. Ini hanya contoh sederhana yang bisa anda kembangkan sendiri. Nabi sendiri secara tegas berucap “I’qil fa tawakkal” tambatkan tungganganmu kemudian tawakallah pada Tuhanmu. Ringkasnya, berusaha dulu selebihnya anda perbanyak berdoa dan berserah.
Kepenatan yang kerap menyelimuti hari-hari kita; seperti pekerjaan yang tak jua usai, nasib yang tak jua berubah, dan keinginan-keinginan yang mengendap tanpa ada wujud nyata telah memeras energi dan pikiran kita. Semestinya kita bisa membuat skema yang jelas untuk mewujudkan impian-impian tadi, mulailah dari yang termudah atau teremeh atau terkecil. Molekul-molekul kecil ini bila anda rajin mengumpulkannya, di masa mendatang akan membuat semua mata terbelalak, percayalah!
Tags :
Refleksi
Subscribe by Email
Follow Updates Articles from This Blog via Email
No Comments