SELAMAT MEMBACA TULISAN SAYA, By Abdul Munim Cholil >>> Orang yang mencari "kecukupan duniawi" dengan cara mengumpulkan harta seperti memadamkan api dengan jerami (Bakr bin Abdullah), demikian statemen yang saya kutip dari kitab Ihya milik imam Al-Ghazali.

10/05/2020

thumbnail

Miniatur Akhirat atau Simbol Kapitalis?

Orang yang mencari "kecukupan duniawi" dengan (cara mengumpulkan) harta seperti memadamkan api dengan jerami (Bakr bin Abdullah), demikian statemen yang saya kutip dari kitab Ihya milik imam Al-Ghazali.

Akhir-akhir ini saya semakin merasa aneh dengan kondisi negeri Islam perdana ini. Seharusnya, seperti diilustrasikan Al-Ghazali, negeri ini menjadi tempat untuk bertafakkur dan mengingat akhirat. Setiap praktek ibadah haji atau umrah adalah miniatur dari perjalanan seorang hamba menuju alam terakhir setelah maut menjemput.

Alih-alih bisa berkontemplasi, negeri ini sudah menjelma menjadi negeri kapitalis nomer wahid se-timur tengah. Tak usah jauh-jauh ke luar tanah haram untuk menikmati fasilitas lux ala kehidupan modern, di depan masjid haram saja sudah menyuguhkan pemandangan kontras 180% dengan jejeran-jejeran hotel-hotel berbintang lengkap dengan mall tempat perbelanjaan.

Obrolan-obrolan penduduk yang mendiami Mekkah sudah bukan lagi ilmu, ibadah dan tetek bengeknya. Mereka sudah terbuai oleh perburuan kertas-kertas bergambar foto raja Fahad, raja Abdul Aziz, raja Su’ud dan raja lainnya. Uang real jauh lebih eksotik dari sekedar janji nabi “shalat satu rakaat di Masjid Haram sama dengan 100 ribu rakaat di tempat lain”.

Hati dan otak anda yang awalnya dibaluti rasa khusuk, dalam hitungan hari akan berubah menjadi es akibat menyaksikan fenomena di luar haram. Rumah Allah yang berdiri semenjak dunia diciptakan sulit untuk menggetarkan hati anda sebagaimana pandangan pertama. Entah, ini negeri apa? Kata orang ini negera “paling Islam” sejagat, terbukti dengan baliho super besar yang terpampang di pintu masuk kota haram, Mekkah, di sana tertulis “Non Muslim dilarang masuk”. Namun saat anda berjalan menyusuri perbelanjaan di depan haram anda akan dibuat tertawa dalam hati: aneh, non Muslim dilarang masuk tapi produk-produk terkenal dunia semacam Dior, Gucci, Giordano, Nike, dll akan segera menggoda anda. Mirip dengan gaya hidup Bin Laden yang anti-Barat tapi selalu menggendong klasnikov buatan Rusia itu.

Lebih miris jika anda membandingkan nama-nama gagah para raja dinasti Su'ud yang terpampang di setiap pintu masjid haram dengan jalanan dan gang sempit di kawasan Syarafiyah-Jeddah. Di sana nama-nama pembesar sahabat Nabi Saw. menghiasi setiap blok bangunan kumuh para warganya yang notabene penduduk asing, termasuk warga Indonesia.

Mulai dari para khatib masjid hingga pekerja media sibuk dengan memuji, mempublikasikan prestasi penguasa dan raja. Jarang ada yang berani mengkritik karena terancam akan dibui atau media akan dibredel. Jejaring sosial diawasi secara ketat sehingga warga Syiah yang mulai menggeliat memberontak dengan melakukan demo karena diperlakukan sebagai warga kelas dua hanya seperti suara sumbang.  

Para imam dan ulama Saudi terdepan dalam melabeli saudara Muslimnya yang dianggap tak sealiran sebagai pelaku bid'ah, fasik bahkan murtad dan kafir. Tapi lidah mereka akan kelu saat melihat kemesraan petinggi kerajaan dengan politikus Amerika dan negara-negara eropa pada umumnya. Terakhir, bagi para tetamu Allah yang mendapat kelebihan rejeki untuk melakukan perjalanan umroh atau haji non-wajib sebaiknya mempertimbangkan tetangga kalian yang kekurangan. Wallahu a'lam!
  

Jiyed-Mekah 29 Agustus 2012 








Subscribe by Email

Follow Updates Articles from This Blog via Email

No Comments

Cari Artikel saya

Anda pengunjung ke